Namaku Rita, aku
lulusan salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Barat. Saat ini aku bekerja
di daerah Jakarta Selatan. Dari segi karir dan cita-cita, mungkin terbilang
baru dan terlalu dini untuk mengatakan puas dengan apa yang telah didapat.
Tetapi untuk urusan cinta? Entahlah, mungkin kisah cintaku tak berjalan mulus
seperti perjalananku dalam meraih kesuksesan di perguruan tinggi.
Kisah ini dimulai saat
aku duduk dibangku SMA kelas 3. Awalnya aku merasa tidak ada yang spesial dari
kelas ini, karena sebagian besar teman sekelasku telah aku kenali sejak kelas 1
dan 2. Perkenalan dengan teman-teman baru tidak berlangsung lama karena bell
berbunyi. Aku lihat jam menunjukan pukul 07:00. Tidak berselang lama setelah
bell berbunyi, aku melihat ke arah pintu dan ada seorang siswa masuk ke kelas.
Sosok siswa yang
bersih, putih dan cukup manis. Aku melihat dia berjalan untuk mencari bangku
yang masih kosong. Dan tak lama kemudian dia berjalan ke arah barisan tempat
aku duduk, dan duduk tepat 2 bangku di belakangku.
Aku bertanya-tanya
dalam hati, “siapa dia dan mengapa dia berhasil menarik perhatianku?”
Beberapa hari kemudian
aku perhatikan dia belum berani mengajakku berkenalan, lalu ku bertanya kepada
sahabatku Ria.
“Ri, lo udah kenalan
sama dia?” tanyaku penasaran.
“Dia siapa?” tanya Ria.
“Itu yang duduk sama
Hasan” jawabku.
“Ooo..itu yang lu
maksud, namanya Tian dari kelas XI IPS 1.” Jawab Ria.
“kenapa? Jangan-jangan
lo suka ya..? hayoo ngaku..” tanya Ria sedikit memojokan.
“eemmmh..ga ko cuma
penasaran aja, abis dari kemaren belom kenalan.” Jawabku.
Setelah seminggu aku
perhatikan, sepertinya dia malu untuk menegur dan berkenalan dengan ku. Ku
lihat dia selalu menjaga pandangan dari suatu hal yang bukan haknya, sosok yang
taat dalam beribadah, semua hal yang membuat aku semakin menyukainya.
“apakah ini yang
menjadi alasan dan jawaban akan ketertarikan hati dan perhatianku terhadapnya?”
“apakah ia memang
sengaja dikirim oleh Allah SWT untukku di saat aku sedang ingin melupakan seseorang,
yang selalu membuat hari-hariku membosankan.” hatiku terus bertanya-tanya dan
menerka-nerka.
Awal aku mengenalnya
karena aku meminta nomer Hp Tian dari sahabatnya yang bernama Lia, lalu aku
memberanikan diri untuk mengirim sms lebih dahulu.
Rita: Assalamu’alaikum… boleh kenalan?
Tian: wa’alaikumsalam… boleh, tapi maaf ini siapa y?
Rita: aku Rita teman sekelas kamu, tepatnya duduk 2 kursi di depan kamu.
Tian: oooo... ya aku inget. Oh iya nama aku Tian, maaf belum berkenalan secara langsung.
Rita: kenapa kok ga pernah secara langsung? Malu ya? Coz yang aku denger dari yang lain, katanya kamu pemalu.
Rita: aku Rita teman sekelas kamu, tepatnya duduk 2 kursi di depan kamu.
Tian: oooo... ya aku inget. Oh iya nama aku Tian, maaf belum berkenalan secara langsung.
Rita: kenapa kok ga pernah secara langsung? Malu ya? Coz yang aku denger dari yang lain, katanya kamu pemalu.
Sejak percakapan sms
tersebut terus berlanjut dan tak jarang kami suka bertukar cerita, dan
terkadang saling bergantian menelpon. Dia memang menyenangkan, penuh perhatian
dan mampu menjadi teman diskusi tentang agama.
Entahlah, aku tidak
tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta
itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus
mencintainya, padahal kita baru saja bertemu namun dia mampu menghapuskan
kebosanan dan bayang-bayang masa lalu.
“apakah dia merasa hal
yang sama dengan apa yang kurasa?”
“Entahlah, aku tak
tahu”
Hubunganku dengan tak pasti, bertemankah atau berpacarankah, aku
tak tau. Yang jelas, aku merasa nyaman dengannya.. mendengar suaranya,
mendengar tawanya, melihatnya senyumnya dan diamnya yang begitu banyak
mengandung arti.
Tepat pada 5 september
2008 (sebulan setelah ku memulai komunikasi dengannya), dia menyatakan perasaan
cinta kepadaku. Aku malu dan sedikit tak percaya bahwa dia memiliki perasaan
yang sama. Aku sempat ragu apakah aku akan menerimanya atau tidak, karena di
agama pacaran itu tidak ada, yang ada hanyalah ta’aruf. Aku sempat bimbang,
tapi entah aku pun tak merasa ragu tuk menerimanya sebagai pacar. dia selalu
menjalani kehidupannya dengan santai, seolah dia tidak pernah merencanakan
hidupnya esok akan bagaimana, dia biarkan hidupnya mengalir. Tapi itulah yang
ku suka, tapi hal itu pula yang pada akhirnya membuat aku benci.
Waktu terus berlalu, sebentar lagi kami menghadapi
Ujian Nasional. Tak terasa sudah beberapa bulan aku bersamanya penuh dengan
kebahagiaan. Namun ketakutan dan keteganganku akan kegagalan dalam menghadapi
ujian tersebut membuatku semakin terpacu untuk mempersiapkannya, tapi di sisi
lain aku takut membuat Tian kecewa karena jarang bisa bersamanya. Lalu aku
memutuskan untuk memberi Tian pengertian agar sama-sama memfokuskan ujian
terlebih dahulu daripada perasaan ini.
Akhir bulan Maret, sepulang sekolah aku berjalan
bersamanya untuk membicarakan sesuatu.
Aku berkata, “Tian, sebentar lagi kita akan
menghadapi ujiankan..”
“ya..memang..” jawabnya.
“maksud aku, bagaimana kalau kita mempersiapkannya
dengan baik agar sukses UN” tegasku.
“oooo...masalah itu, ya tentu..bahkan harus demi
kesuksesan dan masa depan yang kita harapkan.” Ungkapnya.
aku tersenyum melihat semangatnya. Dan aku bertanya,
“tapi maaf ya jika aku jarang atau bahkan tidak memperhatikan kamu natinya..apa
kamu keberatan?”
“Kalau itu demi konsentrasi dan kebaikan kamu, ya
aku ga akan keberatan.” Jawabnya.
Perasaan ku terhadapnya semakin besar mengetahui dia
sangat mendukung apa yang aku inginkan. Lalu kami pun berpisah hari itu.
Aku pun terus sibuk belajar dan mempersiapkan segalanya
demi kesuksesan serta mampu membanggakan kedua orang tua. Yang membuatku
semakin bersemangat adalah suport yang
terus diberikan oleh Tian, walaupun aku tidak pernah membalasnya. Sampai pada
akhirnya nomor ponselku bermasalah dan aku malas mengurusnya karena fokus Ujian
Nasional dan SNMPTN.
Tak terasa aku sudah melewati
masa-masa menegangkan Ujian Nasional, serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
Lalu aku memfokuskan diri untuk persiapan SNMPTN. Keluarga terus memberikan
motivasi dan semangat untuk kesuksesan aku. Aku pun di terima di perguruan
tinggi negeri di Jawa barat. Aku pun
terus fokus terhadap pendidikan yang aku dapat dan meraih hasil IPK yang
memuaskan.
Meskipun di kampus ini banyak mahasiswa yang mencoba
mendekati ku, aku tetap fokus
terhadap pendidikan. Tetapi entah mengapa ku kembali teringat dengan Tian saat
berdiskusi dengan sahabat-sahabat rohis mengenai menjaga silaturahim. Di saat
itu aku merasa bersalah karena tiba-tiba menghilang darinya tanpa kabar
sedikitpun.
Tepat di saat hari ulang tahunnya pada bulan
September aku kembali menghubunginya untuk memperbaiki keadaan sebelumnya. Aku
merasakan sepertinya ada sesuatu yang masih mengganjal antara aku dengannya.
Dengan menggunakan nomor hp baru aku sms dia.
Rita: selamet ulang tahun ya.. :)
Tian: ya makasih ucapannya... maaf ini nomer siapa y?
Rita: dasar tomat..masa ci kamu ga tau ini siapa?
Tian: oooo... ya aku inget. Rita kan? Coz seinget aku ya cuma kamu yang manggil kaya gitu.
Tian: ya makasih ucapannya... maaf ini nomer siapa y?
Rita: dasar tomat..masa ci kamu ga tau ini siapa?
Tian: oooo... ya aku inget. Rita kan? Coz seinget aku ya cuma kamu yang manggil kaya gitu.
Betapa senang dan gembiranya aku ketika Tian
kembali menyambutku dengan hangat seperti biasanya. Tidak ada tampak marah
karena aku yang menghilang tanpa kabar. Dan yang lebih membahagiakan yaitu Tian
mengingat segalanya kenangan diantara kita.
Rita: apa kabar? Kok kamu ga pernah hubungin aku ci?
Tian: baik..sendirinya gimana? Hubungin kamu lewat apa? Berkali-kali sms ga kekirim & ditelpon ga aktif. Trus juga FB nonaktif. Aku kira semua sudah berakhir, karna kamu menghilang gitu aja tanpa alasan dan kejelasan. Dan parahnya bertahun-tahun tanpa kabar.
Tian: baik..sendirinya gimana? Hubungin kamu lewat apa? Berkali-kali sms ga kekirim & ditelpon ga aktif. Trus juga FB nonaktif. Aku kira semua sudah berakhir, karna kamu menghilang gitu aja tanpa alasan dan kejelasan. Dan parahnya bertahun-tahun tanpa kabar.
aku bingung harus bilang apa ke Tian
atas ke khilafanku yang begitu saja pergi tanpa memberi kabar. Aku merasa sedih
mengetahuinya sangat kehilangan tanpa kabar. Terlebih lagi usahanya untuk melakukan
komunikasi denganku tetapi selalu gagal. Lalu aku menelponnya, walaupun dengan
suasana sedih.
Rita: “ya maaf, aku...aku yang salah coz nomer rusak.
Dan saat ini aku kembali coz aku merasa diantara kita masih ada sesuatu yang
mengganjal.”
Tian: “ya gpp...apa yang buat kamu tuk kembali berkomunikasi denganku?”
Rita: “kayanya kamu tau semua apa alasan aku, kan kamu selalu tau apa yang aku pikirkan. Tian: “ya pasti karena sesama muslim harus selalu menjaga tali silaturahim. Dan itu pasti kamu dengar saat perkumpulan remaja di masjid?”
Rita: “ya... kamu selalu tau apa yang aku pikirkan. Tapi ada satu lagi yang menjadi alasan.” Tian: “ya tapi aku malas membahasnya.”
Tian: “ya gpp...apa yang buat kamu tuk kembali berkomunikasi denganku?”
Rita: “kayanya kamu tau semua apa alasan aku, kan kamu selalu tau apa yang aku pikirkan. Tian: “ya pasti karena sesama muslim harus selalu menjaga tali silaturahim. Dan itu pasti kamu dengar saat perkumpulan remaja di masjid?”
Rita: “ya... kamu selalu tau apa yang aku pikirkan. Tapi ada satu lagi yang menjadi alasan.” Tian: “ya tapi aku malas membahasnya.”
Sepertinya Tian tahu betul apa yang aku pikirkan,
dan dia terlalu kecewa dengan apa yang aku lakukan selama ini. Dan telpon saat
itu pun terputus. Aku sangat sedih. Dan aku menghabiskan malam dengan di temani
oleh suara radio yang memutarkan lagu lirih yang pernah dinyanyikan Alm.
Chrisye. Dan tanpa ku sadari, air mata membasahi pipi ini.
Kini tlah ku sadariDirimu tlah jauh dari sisi
Ku tahu tak mungkin kembali ku raih
Semua hanya mimpi
Ingin ku coba lagi
Mengulang yang telah terjadi
Tetapi semua sudah tak berarti
Kau telah pergi
Adakah kau mengerti kasih
Rindu hati ini tanpa kau di sisi
Mungkinkah kau percaya kasih
Bahwa diri ini ingin memiliki lagi
Ku sadari kembali
Ternyata semua hanya lirih
Kini ku tahu tak mungkin ada waktu
Untuk mencintaimu lagi
Ternyata semua hanya lirih
Kini ku tahu tak mungkin ada waktu
Untuk mencintaimu lagi
Setelah berbincang di telpon malam itu, aku selalu memikirkannya. Di hati dan pikiranku hanya ada Tian dan tak akan pernah bisa terganti. Aku tau dia sangat kecewa karena apa yang telah kulakukan. Entah mengapa aku sangat rindu padanya. Hingga aku selalu ingin tau akan keadaannya.
Beberapa minggu berselang namun dia tak ada kabar. Membuat
hatiku sangat cemas. Aku mencoba mengirim pesan kepadanya namun tak ada
balasan. aku mencoba tuk melihat akun FBnya. Namun hasilnya nihil, tidak ada
aktivitas terbaru. Aku mencoba menemukan akun twitternya. Dan sangat mengejutkan
melihat Tian memanggil sayang pada wanita bernama Wulan dan sebaliknya wanita
itu juga memanggil sayang kepada Tian. Dan aku melihat foto mereka sedang
berdua yang begitu romantis. Dengan sekejap hati ini hancur, ku tak sanggup melihat
ini. Mengapa aku harus melihat ini semua? Rasanya aku ingin marah tapi aku tak
tau harus marah kesiapa? Aku sadar bahwa aku dengannya tak memiliki kejelasan. Dan
aku akan berusaha tuk bertahan, karena jodoh itu di tangan Allah SWT dan takkan
ada yang mampu merubahnya.
Selama berbulan-bulan aku
terus berusaha menghubungi Tian walau sekedar mengingatkannya mengenai ibadah
yang dahulu selalu dilakukannya, ataupun hanya menanyakan kabar. Tetapi hanya
kekecewaan yang ku dapat rasakan karena selalu tak ada balasan darinya. Semua
terasa menjadi lebih rumit ketika kerinduan, kecemasan dan dilema bercampur
menjadi satu.
Sekarang aku mengerti akan perasaan yang selama ini
Tian rasakan. Kekecewaan, kecemasan dan kerinduan bercampur namun semua menjadi
tak berarti ketika orang yang dirindukan tak memperdulikannya sama sekali.
Tanpa ku sadari air matapun mengalir membasahi pipi ini. Aku tau aku memang
sangat bersalah, tapi apakah aku sudah tidak memiliki kesempatan lagi tuk
memperbaiki keadaan yang sudah sangat rumit ini!?
Keesokan harinya, sempat ku
lihat dia kembali menulis di catatan facebook setelah lama tidak melakukan
aktivitas apapun di akunnya. yang mengutip dari novel Before us, “Kau adalah tamu tak diundang. Datang tanpa
pemberitahuan, memaksa masuk ke ruang hati setelah bertahun-tahun tanpa kabar. Aku
merindukanmu, tulismu di e-mail terakhir. Bahkan setelah tahu aku
bersamanya pun, masih saja kau lancang mengulangi hal yang sama.
Kau tahu, aku tak bisa lolos
dengan mudah dari jerat-jerat cerita kita yang tak pernah benar-benar selesai.
Kau bilang tak perlu ada yang berubah—tapi kenapa aku merasa semakin jauh
dengan dirinya, terseret arus yang membawaku ke pelukanmu?
Kau harus pergi, begitu
inginku. Tapi suaraku terlalu gemetar dan terlalu takut untuk terdengar tegas
di hadapanmu. Bagaimana aku bisa sampai ada di situasi ini, terperangkap
perasaanku sendiri?”
Membaca apa yang telah di tulisnya membuat air mataku
kembali membasahi pipi. Aku tak percaya akibat aku menghilang tanpa kabar dan
kemudian kembali lagi disaat keadaan yang sudah tak seperti dulu, membuat
semuanya menjadi seperti ini. Dalam tangis aku memohon, ”Ya Allah, ampuni aku
karena aku telah menyakiti orang yang aku sayangi..aku tau ini adalah hukuman
yang pantas aku terima, tapi aku mohon agar dia mau membuka hati untuk kembali
berkomunikasi denganku lagi. amin..”
Lalu aku kembali mencoba menghubunginya. Mungkin sms tak dibalas tapi aku yakin sms
itu dibaca oleh Tian. Lalu aku mengirimkan lirik lagu Audy dengan judul
“kuterimakan”.
Dimana dirimu
ingatkah padaku
ku selalu di sini
meniti bayangan
kuterimakan
keadaanku
mencintaimu
tanpa mampu memiliki
kau yang
terindah
mengisi aku
di sendirikuseperti tinta biru
yang takkan terhapus di hatiku
tersadarkan aku
ku tak mampu berpaling
ku selalu di sini
meniti bayangan
tak mungkin kuhindari
cinta hanya untukmu
meski ada yang lain
yang lain disampingmu
Sangat mengejutkan ketika sms
aku dibalas olehnya. Karena aku sudah berpasrah dan tidak berharap terlalu
banyak untuk ditanggapi oleh Tian.
Tian: maksudnya apa itu? Lirik lagu?
Lagu siapa?
Rita: Cuma ngasih tau aja klo lagu ‘Audy-kuterimakan’ itu yang mewakili aku dan kondisiku saat ini.
Rita: Cuma ngasih tau aja klo lagu ‘Audy-kuterimakan’ itu yang mewakili aku dan kondisiku saat ini.
Tian: oooo..cinta hanya untukku? Apakah dengan
menghilang tanpa kabar itu berarti cinta? Dan kembali datang disaat aku telah
mencoba mengubur luka lama & membuka hati untuk yang lain.
Rita: maafkan aku karena melakukan hal yang bodoh. Sekarang aku mengerti akan perasaan yang selama ini kamu rasakan. Kekecewaan, kecemasan dan kerinduan bercampur namun semua menjadi tak berarti ketika orang yang dirindukan tak memperdulikannya sama sekali..
Rita: maafkan aku karena melakukan hal yang bodoh. Sekarang aku mengerti akan perasaan yang selama ini kamu rasakan. Kekecewaan, kecemasan dan kerinduan bercampur namun semua menjadi tak berarti ketika orang yang dirindukan tak memperdulikannya sama sekali..
Tian: oo..baguslah sudah memahaminya.
SMS yang sangat membuatku
sedih dan menangis karena keras kepalanya Tian yang sepertinya tak memaafkan aku. Tapi setelah dia mengirim
sms terakhir yang berisi lirik lagu membuat aku yakin bahwa dia telah memaafkan
aku.
Andai aku bisa …
Memutar kembali
Waktu yang telah berjalan
Tuk kembali bersama di dirimu selamanya…
Bukan maksud aku membawa dirimu
Masuk terlalu jauh
Ke dalam kisah cinta
Yang tak mungkin terjadi..
Dan aku tak punya hati
Untuk menyakiti dirimu
Dan aku tak punya hati tuk mencintai
Dirimu yang selalu mencintai diriku
Walau kau tahu diriku masih bersamanya …
Walaupun kau tahu
kau tahu diriku
Masih bersamanya …
kau tahu diriku
Masih bersamanya …
Aku percaya dengan apa yang digariskan oleh Allah adalah yang terbaik, dan Allah juga sudah menentukan manusia hidup berpasang-pasangan. Aku yakin jika memang berjodoh dengannya, maka dia akan kembali kepadaku. Tapi untuk saat ini, masih bolehkah aku merindukanmu meskipun kini kau telah bersamanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar