Aku Andi (20), mahasiswa disalah
satu universitas swasta di Jawa Barat. Aku adalah orang yang selalu memendam
permasalahan sendiri, selalu berusaha tuk tampak tegar ditengah kerapuhan dan
selalu tersenyum ditengah menahan amarah. Hal ini aku lakukan sejak SMA, yang
membuat aku terlihat selalu ceria di mata teman-teman. Akan tetapi, aku juga
tak jarang mengurung diri dalam sedih di tengah doa.
Yang membuat aku terhanyut dalam
kesedihan ini adalah masalah hati dan situasi. Masalah cinta dan persahabatan
diantara 3 insan muda yang baru mengenal cinta. Ini berawal ketika aku duduk di
bangku SMA kelas 1, aku menaruh perasaan dengan seorang wanita berjilbab
bernama Nur. Kebersamaan pun terus terjalin selama beberapa bulan. Sampai suatu
hari, aku melihat Nur terus merenung dengan raut wajah sedih sejak jam pertama
pelajaran dimulai. Disaat jam istirahat aku menghampirinya.
“Kamu kenapa Nur dari tadi pagi keliatan sedih?”
tanyaku yang khawatir akan keadaannya.
“Aku ga apa-apa kok Di...” jawab Nur.
“Tapi mata kamu sembab Nur.., ga mungkin klo ga ada
apa-apa..!?” tanyaku penuh dengan rasa penasaran.
“Aku beneran ga apa-apa Di...” tegasnya dengan
memaksakan diri tuk tersenyum dan segera pergi.
Mendengar penjelasannya, aku tidak
lekas percaya dengan pengakuannya tadi. Aku pun langsung bertanya dengan
beberapa teman dekatnya yang duduk di sisi kanan kelas tuk bertanya akan
keadaan Nur.
“Ada yang tau ga, kenapa Nur hari ini sedih terus..?”
tanyaku pada teman-teman dekat Nur.
“Masa sih Nur sedih & merenung terus!?” jawab
Tuti.
“Lagian lu kok merhatiin aja sih..., jangan-jangan lu
suka ya sama Nur?” seru Nita yang duduk di sebelah Tuti.
“Iya, udah beberapa bulan ini gw liat lu sering banget
deket sama Nur..” sahut Ria yang berada di depan Nita.
“Owh, jadi ga ada yang tau ya...” jawabku dan hanya
tersenyum serta lekas pergi tanpa menjawab pertanyaan dan dugaan teman-teman
Nur.
Hari itupun berakhir dengan masih
adanya rasa yang mengganjal di hatiku, akan pertanyaan yang belum terungkap
mengenai kesedihan yang terjadi pada Nur hari itu.
Keesokaan harinya, aku melihat Nur
dengan raut wajah yang sudah seperti biasanya lagi. Hari itu aku sudah melihat
senyumnya dan semangatnya lagi. Ku merasa bahwa masalahnya kemarin telah usai.
Akan tetapi, ada sesuatu yang mengganjal yang aku rasakan. Aku rasakan ada
sesuatu yang tidak beres antara Nur dengan Lia teman sebangku Nur di kelas.
“Kayaknya ada yang ga beres nih diantara mereka...,
apa mungkin kesedihan Nur kemaren ada hubungannya dengan Lia!?”, tanyaku dalam
hati.
Hari itu, aku hanya bisa mengamati
mereka. Memang benar mereka renggang atau hanya dugaanku saja. Aku pun
pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi dan berusaha tuk bersikap
seolah-olah tidak ada apa-apa. Aku berusaha mendekan diri dengan Nur, tetapi sikap
Nur agak sedikit berbeda. Hari itu Nur sedikit berubah, seperti menghindariku.
Tapi aku tidak mengerti kenapa ia menghindar dan sedikit menjaga jarak. Jam
sekolah pun usai dan ia terlihat bergegas pulang, dan aku pun pulang dengan
segudang pertanyaan.
Aku berpikir, “mungkin dia takut kalau gw tanya hal
kemarin!?”, “ya udah liat keadaan besok aja deh..”
Hari demi hari pun berlalu. Dan
sikap Nur kepadaku pun tidak berubah, tetap menjaga jarak tanpa aku tau apa
alasannya. Aku berusaha mencari informasi dengan apa yang terjadi pada Nur,
namun hasilnya nihil.
Pada suatu hari, Nur menghampiriku
sesaat setelah bel tanda jam sekolah berakhir.
“Di..., pulang bareng yuk..” ajaknya padaku.
“Eh Nur.., ayo deh..” jawabku.
Di
perjalanan pulang kami berbincang banyak.
“Maaf ya Di...” Nur memulai percakapan.
“Maaf untuk apa?” tanyaku pada Nur.
“Ya maaf atas sikap aku akhir-akhir ini..” jawabnya.
“owh...iya ga apa-apa, trus kenapa kok kamu jadi jaga
jarak gitu Nur sama aku..?” tanyaku lagi.
“Itu... aku lagi males aja, lagi ada masalah dan
masalah ga penting juga.” Jawabnya.
“Owh iya Di, kamu tau ga?” tambahnya.
“tau apa Nur?” tanyaku.
“Lia kan suka sama kamu...” jawabnya.
“Masa sih!?” tanyaku terkejut.
Dan
pertanyaan itu belum sempat dijawabnya karena bergegas tuk naik angkutan umum.
Selama perjalanan pulang aku berfikir dan menerka-nerka bahwa kesedihan Nur
hari itu pasti ada kaitannya dengan Lia yang memiliki dan memendam perasaan
kepadaku. Sepertinya akan terjadi masalah baru antara aku yang menyukai Nur,
dan di luar dugaan tanpa ku sadari Lia teman dekat Nur ternyata jatuh hati
kepadaku.
Keesokan harinya, usai sekolah aku
langsung menanyakan apa maksud dari ia mengatakan bahwa Lia suka padaku. Dan
aku pun juga menanyakan kepadanya akan dugaan-dugaan yang selama ini aku
pikirkan.
“Nur, trus maksud kamu apa dari ngasih tau kalau Lia
suka sama aku?”
“Aku ga maksud apa-apa kok Di.., cuma mau kasih tau
kamu aja.”
“Tapi kamu tau kn kalau slama ini aku suka sama
siapa..! aku suka sama kamu Nur.”
Nur
yang sudah tau akan perasaan yang aku pendampun terkejut dan tidak menyangka
kalau aku kan menyatakan itu. Tapi dia bimbang tuk menerima karena sahabatnya
juga menyukai pria yang sama.
“.....aku tau perasaan kamu Di...”
“Aku juga rasakan hal yang sama..., tapi ini ga bisa
karena pasti kan ada yang tersakiti Di..”
“kamu ga tau gimana perasaannyakan!!” tegasnya. Nur
pun pergi, berlari meninggalkan aku.
Sejak kejadian itu, aku dan Nur
jarang memiliki waktu bersama lagi karena masalah persahabatan dan cinta. Dan
pada suatu ketika aku mendengar kabar bahwa Lia dan Nur bertengkar. Aku tanya
melalui SMS dan telepon, akan kejadian yang terjadi kepada mereka. Sehingga aku
berniat tuk mempertemukan semuanya tuk selesaikan masalah.
Kemudian niatpun terlaksana keesokan
harinya. Kita bertemu di kantin sekolah dan membicarakan isu pertengkaran itu.
“Di sini gw mau nanya soal isu kalau kalian ribut, apa
itu bener?” tanyaku dengan tegas.
Keduanya bingung untuk menjawab
pertanyaan terlebih dahulu.
“Kenapa ga ada yang mau mulai jelasin?” tegasku.
“Ok, klo gitu Nur yang jelasin duluan.” Lanjutku.
“Awalnya Lia marah karena denger percakapan kita waktu
itu, lalu Lia pun kesel dan menyuruhku untuk menjaga jarak dari kamu.”
Jawabnya.
“Dan sampai akhirnya aku menerima pernyataan cinta
seseorang agar Lia percaya bahwa aku ga ada hubungan apa-apa lagi dengan kamu.”
Lanjutnya.
Aku
terkejut mendengar pengakuan Nur bahwa ia kini telah bersama yang lain. Tapi
aku harus tetap tegar dan terlihat berwibawa karena aku sedang menengahi dua
orang sahabat yang sedang berselisih.
“Trus apa lagi masalahnya Lia, kalau Nur telah memilih
yang lain dan ga ganggu aku lagi?” tanyaku agak kesal.
“Kan udah denger sendiri pernyataannya, trus kenapa
kalian masih berselisih!?” lanjutku.
“Maaf ya Nur udah marah dan emosi.” Ungkapan Lia
dengan merasa bersalah.
“Iya aku udah maafin kok.” Jawab Nur.
“Ok, sekarang udah ga ada masalah lagikan!?” tanyaku
kepada mereka.
Permasalahan pun selesai dan mereka
pun kembali bersahabat. Tapi permasalahanku tetap masih mengganjal di hati. Kegagalan
dalam menjalin perasaan dengannya, terlalu membekas dan menyayat hati ketika
mengingatnya. Aku terlalu larut dalam kesedihan dan kekecewaan, sehingga aku
takut keadaan ini menggangguku dalam prestasi.
Hingga aku hanya memendam perasaan
itu dalam-dalam di hati tanpa ada niat tuk mengungkapkannya. Hanya mampu
memandangi senyum, tangis dan tawanya hingga lulus SMA.
Itulah kisah antara 3 insan muda
yang harus memilih yang terbaik antara persahabatan atau cinta, meskipun
mengorbankan perasaan dan kisah masa SMA yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar